Untuk Peradaban Dunia yang Lebih Baik, Indonesia - Denmark Jajaki Kerja Sama Bidang Keagamaan
By Abdi Satria
nusakini.com-Jakarta- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menerima kunjungan Duta Besar Perwakilan Khusus untuk Kebebasan Beragama atau Kepercayaan, Kerajaan Denmark, H.E. Michael Suhr di Kantor Kemenag, Jakarta, Rabu (20/03).
Dalam pertemuan tersebut kedua negara menjajaki kerja sama di bidang keagamaan untuk peradaban dunia yang lebih baik. Turut mendampingi H.E. Michael Suhr, Dubes Denmark untuk Indonesia H.E Rasmus Abildgaard Kristensen dan perwakilan lainnya.
"Saya merasa senang dan bersyukur bisa menerima kehadiran yang mulia bersama duta besar. Ini merupakan kehormatan tersendiri bagi kami bisa dikunjungi. Dan tentu saya mengucapkan selamat datang di Indoensia, mudah-mudahan banyak kesan baik yang dibawa pulang," ujar Menag mengawali perbincangan dengan H.E.Michael Suhr.
Menag menyatakan kehadiran yang mulia Duta Besar Perwakilan Khusus untuk Kebebasan Beragama atau Kepercayaan, Kerajaan Denmark sangat penting dan strategis tidak hanya bagi Indonesia namun juga dunia. Karena, lanjut Menag, kebebasan beragama dan berkeyakinan adalah sesuatu hak dasar manusia yang sangat penting.
"Semua kita wajib menjaga, memelihara, dan mengembangkan kebebasan beragama dan berkeyakinan. Saya senang mendengar uraian yang disampaikan tadi yang mulia ingin mengalang kerja sama dunia bagaimana kebebasan beragama dan berkeyakinan itu menjadi bagian yang terus menerus kita upayakan agar peradaban dan kehidupan manusia semakin membaik. Karena agama menjadi salah satu sumber nilai-nilai kehidupan dan kebajikan yang harus dijalani oleh manusia," kata Menag.
Pada kesempatan itu Duta Besar Perwakilan Khusus untuk Kebebasan Beragama atau Kepercayaan, Kerajaan Denmark, H.E. Michael Suhr juga meminta pandangan Menag Lukman Hakim terkait kerja sama apa yang bisa digalang tidak saja antara Indonesia dan Denmark melainkan dunia terkait mempromosikan kebebeasan beragama dan berkeyakinan.
"Menurut saya yang paling penting saat ini kita bisa mengembalikan esensi agama pada posisi dan fungsi sebenarnya," kata Menag.
Menag menambahkan, agama merupakan sumber nilai-nilai kebajikan yang menjadi panduan umat manusia. Tantangan ke depan adalah tidak hanya menjamin hak kebebasan beragama dan berkeyakinan, tapi juga disertai agama seperti apa yang lalu kemudian menjadi acuan hidup setiap umat manusia di dunia.
Contoh yang terbaru kasus di New Zealand dan beberapa tempat lain misalnya, orang bisa atas nama agama justru semakin ekslusif hidupnya padahal setiap agama pesan utamanya adalah mengajak semua orang hidup inklusif untuk senantiasa menjaga nilai nilai kemanusian dan kebersamaan.
"Jadi tidak cukup hanya memberi jaminan kebebasan bergama dan berkeyakinan kalau justru atas nama agama dan keyakinan orang hidup saling ekslusif. Tentu bukan agama dan keyakinan seperti itu yang akan kita promosikan melainkan agama inklusif yang membangun kebersamaan," kata Menag.
"Saya sangat mengapresiasi ajakan yang mulia untuk meningkatkan kerja sama ini," tandas Menag Menag.(p/ab)